Taman Suropati Menteng |
Jam
6 pagi, di hari minggu, jalanan yang biasanya selalu ramai dan macet terlihat
lebih lengang dan sepi. Udara yang terhirup terasa lebih segar, saat yang tepat
berjalan santai di trotoar Jakarta yang lebar dan rapi. Terasa lebih aman,
tidak terusik dari kendaraan bermotor yang sering kali berjalan di trotoar.
Setelah
berjalan sekitar 4 km, kami sampai di taman Suropati Menteng. Begitu banyak warga,
tua, muda dan anak-anak yang berolah raga atau sekedar duduk-duduk bersantai
menikmati keindahan taman. Saya berlari kecil di jogging track yang
mengelilingi taman. Lelah berlari, saya duduk di kolam air terjun sambil
memandang burung merpati yang beterbangan hinggap di sangkarnya, bunga dan tanaman
segar serta monumen ASEAN. Sangat menyejukkan melihat banyak anak-anak kecil bermain
bersama orang tua. Kebersihan taman ini yang tetap terjaga oleh petugas kebersihan juga membuat betah berlama-lama.
Sekelompok
warga juga terlihat berolah raga bersama di tengah taman menirukan
gerakan-gerakan Yoga dari instruktur. Kelompok lain yang lebih kecil berlatih
pernapasan Tai Chi. Taman Suropati yang telah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, tetap menjadi favorit warga untuk bercengkrama menikmati hari libur.
Sejarah Taman
Suropati
Taman
Suropati adalah taman di kawasan Menteng peninggalan zaman penjajahan Belanda. Kawasan
Menteng sendiri adalah real estate pertama
di Hindia Belanda (Indonesia). Taman ini dibangun pada tahun 1920 dengan
meratakan bukit. Dahulu taman ini bernama Burgemeester Bisschopplein diilhami
nama walikota Batavia pertama, GJ Bisschop yang menjabat pada tahun 1916-1920. Taman
Suropati yang kita nikmati sekarang adalah hasil renovasi pada tahun 2009-2010,
serta bangku taman Jokowi dipasang pada tahun 2014.
Monumen Solidaritas
ASEAN
Taman
Suropati juda dihiasi instalasi seni berupa monumen solidaritas yang dibuat
oleh seniman patung dari 6 (enam) negara ASEAN sebagai bentuk kerjasama di
bidang kebudayaan antarbangsa ASEAN. Pembangunan monument ini merupakan tindak
lanjut workshop seni rupa pada tahun 1982 di Singapura. Monumen ASEAN
terdiri dari 6 patung yang mengekspresikan semangat ASEAN yaitu :
“Rebirth”
karya Luis E. Yee Jr dari Pilipina. Patung berbentuk
tonggak-tonggak kayu yang ditanam ke tanah. Patung ini seakan meramalkan
transformasi ASEAN dari organisasi yang longgar menjadi organisasi berdasarkan hukum
dan berorientasi kepada masyarakat. “the Spirit of ASEAN” karya Wee Beng Chong dari Singapura. Patung berbentuk
tiang yang patah-patah namun tetap merupakan kesatuan. “Harmony”
karya Hj. Latirf Aspar dari Brunei Darusalam. Patung berbentuk
mirip lambang ASEAN dengan lambang Brunei ditengahnya. “Fraternity”
karya Nonthivathn Chandhanaphalin dari Thailand. Patung yang
menggambarkan keakraban dua orang. “Peace,
Harmony and One” karya Lee Kian Seng dari Malaysia. Patung bernuansa
Jepang. “Peace”
karya Sunaryo dari Indonesia. Patung berbentuk
sosok tubuh manusia yang terdistorsi sedemikian rupa sehingga bentuk manusianya
hilang.
Keasrian
dan keindahan taman Suropati tetap menarik perhatian warga untuk berkunjung. Semoga
keindahan taman ini tetap terjaga sebagai alternatif tempat berkumpul warga
yang murah tanpa harus ke mall yang mengepung Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar