Senin, 18 September 2017

Taman Suropati Menteng peninggalan Belanda yang tetap terjaga



Taman Suropati Menteng
Jam 6 pagi, di hari minggu, jalanan yang biasanya selalu ramai dan macet terlihat lebih lengang dan sepi. Udara yang terhirup terasa lebih segar, saat yang tepat berjalan santai di trotoar Jakarta yang lebar dan rapi. Terasa lebih aman, tidak terusik dari kendaraan bermotor yang sering kali berjalan di trotoar.

Setelah berjalan sekitar 4 km, kami sampai di taman Suropati Menteng. Begitu banyak warga, tua, muda dan anak-anak yang berolah raga atau sekedar duduk-duduk bersantai menikmati keindahan taman. Saya berlari kecil di jogging track yang mengelilingi taman. Lelah berlari, saya duduk di kolam air terjun sambil memandang burung merpati yang beterbangan hinggap di sangkarnya, bunga dan tanaman segar serta monumen ASEAN. Sangat menyejukkan melihat banyak anak-anak kecil bermain bersama orang tua. Kebersihan taman ini yang tetap terjaga oleh petugas kebersihan juga membuat betah berlama-lama.
Yoga di Taman Suropati

Sekelompok warga juga terlihat berolah raga bersama di tengah taman menirukan gerakan-gerakan Yoga dari instruktur. Kelompok lain yang lebih kecil berlatih pernapasan Tai Chi. Taman Suropati yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, tetap menjadi favorit warga untuk bercengkrama menikmati hari libur. 

Sejarah Taman Suropati

Taman Suropati adalah taman di kawasan Menteng peninggalan zaman penjajahan Belanda. Kawasan Menteng sendiri adalah real estate pertama di Hindia Belanda (Indonesia). Taman ini dibangun pada tahun 1920 dengan meratakan bukit. Dahulu taman ini bernama Burgemeester Bisschopplein diilhami nama walikota Batavia pertama, GJ Bisschop yang menjabat pada tahun 1916-1920. Taman Suropati yang kita nikmati sekarang adalah hasil renovasi pada tahun 2009-2010, serta bangku taman Jokowi dipasang pada tahun 2014.

Monumen Solidaritas ASEAN

Taman Suropati juda dihiasi instalasi seni berupa monumen solidaritas yang dibuat oleh seniman patung dari 6 (enam) negara ASEAN sebagai bentuk kerjasama di bidang kebudayaan antarbangsa ASEAN. Pembangunan monument ini merupakan tindak lanjut  workshop seni rupa pada tahun 1982 di Singapura. Monumen ASEAN terdiri dari 6 patung yang mengekspresikan semangat ASEAN yaitu : 



“Rebirth” karya Luis E. Yee Jr dari Pilipina. Patung berbentuk tonggak-tonggak kayu yang ditanam ke tanah. Patung ini seakan meramalkan transformasi ASEAN dari organisasi yang longgar menjadi organisasi berdasarkan hukum dan berorientasi kepada masyarakat. “the Spirit of ASEANkarya Wee Beng Chong dari SingapuraPatung berbentuk tiang yang patah-patah namun tetap merupakan kesatuan. “Harmony” karya Hj. Latirf Aspar dari Brunei Darusalam. Patung berbentuk mirip lambang ASEAN dengan lambang Brunei ditengahnya. “Fraternity” karya Nonthivathn Chandhanaphalin dari Thailand. Patung yang menggambarkan keakraban dua orang. “Peace, Harmony and One” karya Lee Kian Seng dari Malaysia. Patung bernuansa Jepang. “Peace” karya Sunaryo dari Indonesia. Patung berbentuk sosok tubuh manusia yang terdistorsi sedemikian rupa sehingga bentuk manusianya hilang.

Anak-anak bermain 

Keasrian dan keindahan taman Suropati tetap menarik perhatian warga untuk berkunjung. Semoga keindahan taman ini tetap terjaga sebagai alternatif tempat berkumpul warga yang murah tanpa harus ke mall yang mengepung Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar