“Besok
berangkat ke Petra jam 8 pagi, bapak, ibu” pengumuman pemandu lokal Yordania.
Hari terakhir yang sangat berbeda (sangat santai) dibanding hari-hari
sebelumnya yang harus berangkat jam 7 pagi.
Kami
hanya semalam menginap di Amman, ibu kota Yordania. Kota Amman jauh lebih
teratur, rapi dan makmur dibanding Kairo. Pemandu wisata kami dengan penuh semangat
menceritakan kebanggaan mereka pada Raja Abdullah yang sangat memperhatikan
pendidikan, sehingga Yordania memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi.
Negara-negara timur tengah menjadikan Yordania tujuan untuk mendapatkan
penanganan kesehatan berkualitas, dokter dan rumah sakit Yordania terkenal
sangat berkualitas.
Tetep
aja saya dan mama bangun pagi-pagi, karena sudah kebiasaan. Kami menempuh 4 jam
perjalanan untuk sampai ke Petra salah satu 7 keajaiban dunia yang baru. Petra
dalam bahasa Yunani berarti batu. Kota ini adalah ibu kota Arab Nabatean pada
tahun 312 SM, yang dibangun dengan memahat dinding batu. Nabatean menjadikan
Petra sebagai jalur perdagangan penting di timur tengah. Mereka memiliki
kemampuan untuk mengelola pasokan air dengan sangat baik, mereka menampung air
banjir yang ada kalanya terjadi di bendungan, embung (penampungan air). Sistem
ini dapat menyimpan air dalam jumlah besar sehingga pada musim kemarau dapat dijual
pada pedagang yang melewati kota Petra. Oleh karena itu, kota Petra menjadi
sangat kaya.
Pesan
penting dari pemandu wisata, kami dianjurkan untuk tidak memberi uang atau
membeli barang dagangan anak-anak kecil yang berjualan di sana. Anak-anak itu
memilih berjualan yang bisa memberikan mereka banyak uang dibanding pergi ke
sekolah, padahal sekolah sangat penting untuk masa depan mereka. Pesan ini juga
dituliskan di pintu masuk Petra.
Melalui
jalan berbatu ditengah teriknya matahari, kami berjalan sambil melihat
pemandangan bukit-bukit batu berbagai bentuk di kiri kanan jalan. Jalan
kemudian menjadi semakin sempit dan berliku-liku (jalan The Bab-as-siq), kami
berjalan di tengah tebing batu berwarna merah setinggi 100-200 meter. Di sepanjang
jalan berliku ini terlihat pahatan-pahatan dewa-dewa Nabatean pada dinding batu
Setelah berjalan kira-kira 2 km, akhirnya kami sampai ke Treasury (Al-Khazneh) bangunan
kuburan yang dipahat pada tebing batu dengan gaya Yunanni klasik. Sinar
matahari yang terik membuat Treasury
tampak kemerahan, terlihat sangat indah.
Kami kembali ke bis siap menuju ke kota Aman.
Tiba saat nya pulang ke Jakarta. Pengalaman yang seru dan tak terlupakan..
Sekian cerita perjalanan Mesir-Israel-Yordania…