Sabtu, 09 September 2017

Wisata Rohani Holyland : Petra Yordania (4)

“Besok berangkat ke Petra jam 8 pagi, bapak, ibu” pengumuman pemandu lokal Yordania. Hari terakhir yang sangat berbeda (sangat santai) dibanding hari-hari sebelumnya yang harus berangkat jam 7 pagi.

Kami hanya semalam menginap di Amman, ibu kota Yordania. Kota Amman jauh lebih teratur, rapi dan makmur dibanding Kairo. Pemandu wisata kami dengan penuh semangat menceritakan kebanggaan mereka pada Raja Abdullah yang sangat memperhatikan pendidikan, sehingga Yordania memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi. Negara-negara timur tengah menjadikan Yordania tujuan untuk mendapatkan penanganan kesehatan berkualitas, dokter dan rumah sakit Yordania terkenal sangat berkualitas.

Tetep aja saya dan mama bangun pagi-pagi, karena sudah kebiasaan. Kami menempuh 4 jam perjalanan untuk sampai ke Petra salah satu 7 keajaiban dunia yang baru. Petra dalam bahasa Yunani berarti batu. Kota ini adalah ibu kota Arab Nabatean pada tahun 312 SM, yang dibangun dengan memahat dinding batu. Nabatean menjadikan Petra sebagai jalur perdagangan penting di timur tengah. Mereka memiliki kemampuan untuk mengelola pasokan air dengan sangat baik, mereka menampung air banjir yang ada kalanya terjadi di bendungan, embung (penampungan air). Sistem ini dapat menyimpan air dalam jumlah besar sehingga pada musim kemarau dapat dijual pada pedagang yang melewati kota Petra. Oleh karena itu, kota Petra menjadi sangat kaya.  

 
Batu-batu Besar Petra

Pesan penting dari pemandu wisata, kami dianjurkan untuk tidak memberi uang atau membeli barang dagangan anak-anak kecil yang berjualan di sana. Anak-anak itu memilih berjualan yang bisa memberikan mereka banyak uang dibanding pergi ke sekolah, padahal sekolah sangat penting untuk masa depan mereka. Pesan ini juga dituliskan di pintu masuk Petra.

Melalui jalan berbatu ditengah teriknya matahari, kami berjalan sambil melihat pemandangan bukit-bukit batu berbagai bentuk di kiri kanan jalan. Jalan kemudian menjadi semakin sempit dan berliku-liku (jalan The Bab-as-siq), kami berjalan di tengah tebing batu berwarna merah setinggi 100-200 meter. Di sepanjang jalan berliku ini terlihat pahatan-pahatan dewa-dewa Nabatean pada dinding batu Setelah berjalan kira-kira 2 km, akhirnya kami sampai ke Treasury (Al-Khazneh) bangunan  kuburan yang dipahat pada tebing batu dengan gaya Yunanni klasik. Sinar matahari yang terik membuat Treasury tampak kemerahan, terlihat sangat indah.

 
 Treasury

Kami kembali ke bis siap menuju ke kota Aman. Tiba saat nya pulang ke Jakarta. Pengalaman yang seru dan tak terlupakan.. Sekian cerita perjalanan Mesir-Israel-Yordania…