Rabu, 11 Juli 2018

Takjub dengan Pemandangan bak Lukisan, Val d'Orcia

Val d'Orcia
Perbukitan yang tampak hijau bak permadani diselingi pohon Cypress yang langsing dan tinggi menjulang berjajar rapi disekitar rumah-rumah tua, pemandangan cuantik yang mempesona. Inilah pemandangan Val d'Orcia, Tuscany yang sering kita lihat di postcard, kalender, akun instagram @earthpix, @sennarex, @beautifuldestinations (akun-akun ngetop landscape). Kecantikannya ini membuat saya kepo banget, sehingga mengunjungi Italia sekali lagi. Pengen tau beneran secantik itukah daerah ini, apa karena efek kamera aja, semua bisa tampak cantik..😃😃

Di bulan Mei ini tumbuh-tumbuhan kembali menghijau setelah tidur panjang di musim dingin. Akan tetapi pagi langit terlihat mendung dan turun gerimis kecil. Cuaca panas dingin tak menentu sering sekali terjadi. Seperti hatiku yang sering panas, dingin, galau...curcol nih. hehehe.


Crete Sinese
Meskipun gerimis, langit mendung, dan suhunya dingin, tapi karena sudah jauh2 datang ke Tuscany, marilah kita tetap semangat berpetualang. 

Sebagai pengganjal perut saya ikut makan pagi ala Italia bersama temen saya orang asli Italia. Sepotong roti, yogurt, dan segelas kopi pahit, sarapan khas Italia. Bagi saya yang hobi makan nasi uduk, makan banyak.hehehe. Mikir juga, wuih nanti saya kelaparan nggak yah, sedikit amat sarapannya. Tapi dicobalah seberapa kuat nahan laparnya.

Hari ini, giliran tur naek mobil mengelilingi area Tuscany. Jalanan yang mulus dan lengang terasa sangat berbeda dengan macet, dan penuhnya jalanan Jakarta yang sering bikin stress berat.  

Crete Sinese, wilayah yang pertama kali kami kunjungi. Sepanjang jalan terlihat hamparan hijau bukit yang terlihat seperti permadani luas yang indah banget. Hamparan hijau ini bukanlah padang rumput tetapi ladang gandum yang sangat luas. Menjelang musim panen hamparan ladang gandum ini berubah warna menjadi kuning.
Pemandangan cuantik sekali, super keren, harus diabadikan. Berkali-kali kami turun dari mobil berhenti mengambil gambar. Pemandangan yang menyejukkan mata ditambah tiupan sepoi-sepoi sangat menentramkan.


Memasuki wilayah Val d'Orcia pemandangan menjadi semakin menakjubkan. Pemandangan Val d'Orcia betul-betul cantik, bila secara nyata dilihat langsung jauh lebih dari yang bisa ditangkap kamera. Terlihat sama dengan foto-foto di instagram, wall paper atau postcard. Buanyak turis-turis berlalu lalang dengan mobilnya atau bersepeda gunung. Daerah ini mengalir sungai Orcia oleh karena itu diberi nama Val d'Orcia.


Apakah hanya sekedar kebetulan lahan pertanian di Val d'Orcia bisa secantik ini?. Ternyata Val d'Orcia adalah landscape ciptaan pedagang-pedagang dari Sienna yang menguasai daerah ini pada abad 14 dan 15 masehi (masa Renaissance). Idenya mereka menginginkan kawasan pertanian yang efektif dan efisien serta indah dipandang mata. Pemandangan ini sering menjadi latar lukisan para pelukis Renaissance. Karena kekayaan sejarahnya Val d'Orcia menjadi salah satu UNESCO world heritage sites (cultural landscape).


Dari lembah menanjak ke perbukitan terlihat kota Montalcino. Kota cantik diatas bukit yang tua banget umurnya dari abad 13 masehi, bandingkan dengan bangunan kota tua Jakarta yang rata-rata bangunannya dari abad 18 masehi. Serasa berjalan mundur ke masa lalu, ke abad pertengahan, seperti yang digambarkan film-film tentang kerajaan. Tembok kota dengan dinding yang tebal mengelilingi kota, pintu gerbang yang akan ditutup setiap malam, jalan-jalan setapak dari batu yang di kiri kanannya berdiri kokoh  bangunan-bangunan kuno.


Benteng Montalcino
Pada puncak tertinggi kota ini berdiri benteng pertahanan, ciri khas kota-kota abad pertengahan. Pada masa itu sering terjadi peperangan antar kota sehingga dengan benteng pertahanan kokoh bisa memperkuat pertahanan kota dari serangan musuh, serta menjaga kota dari serangan binatang buas. 
Dalam Benteng
Benteng ini masih utuh dan terawat dengan baik dan terdapat bar wine dengan anggur yang sangat terkenal brunello di Montalcino. Saking berkualitasnya, Brunello adalah anggur pertama yang mendapat sertifikat quality assurance dari pemerintah Italia. Saya betul-betul terkejut di bar wine (etnoteca bahasa Italianya) melihat satu botol anggur yang mahal sekali 3500 euro kalo dikurs ke rupiah jadi sekitar 60an juta. Sepertinya masih banyak lagi yang anggur yang lebih mahal lagi harganya dijual di wine bar ini. Semakin tua umur anggur harganya semakin mahal seperti kata pepatah tua tua keladi, makin tua makin menjadi. ðŸ˜ƒðŸ˜ƒ. 

Pemandangan perbukitan ladang gandum hijau dan pohon cypress terus mendominasi pemandangan dalam perjalan ke kota Pienza. Pada awalnya desa ini bernama Corsignano tempat kelahiran Enea Silvio Piccolomini yang kemudian menjadi Paus Pius II. Pada masa jabatannya inilah (Abad 15 Masehi), Piccolomini mengubah seluruh desa menjadi kota ideal Renaissance yang diperuntukkan sebagai kota peristirahatan Paus. 


Pienza dari kejauhan
Kota ini lah yang pertama kali menggunakan konsep tata kota humanis yaitu beberapa bangunan utama kota (kantor pemimpin kota, gereja, dan bangunan lain) mengelilingi central square membentuk segi empat. Konsep ini kemudian diterapkan di kota-kota lain di Italia dan menyebar ke seluruh Eropa. Oleh karena itu, WHO menjadikan kota ini sebagai World Heritage Sites.
Gereja Pienza
Pemandangan dari atas kota Pienza
Istimewanya pada musim semi ini bunga-bunga poppy liar bermekaran, warna merah bunga poppy ini semakin mempercantik pemandangan. Terlihat juga rumah-rumah besar yang dikelilingi pohon-pohon cypress, rumah-rumah ini banyak yang menjadi hotel bed and breakfast.
Bunga Popy
Pengunjung dapat suasana pedesaan dengan pemandangan ladang gandum, anggur, dapat asiknya dapat anggur dan keju eunak yang gratis serta diajak melihat bagaimana cara merawat kebun anggur, pengolahan anggur dan penyimpanan anggur. Dalam bahasa Italia disebut juga argrotuorismo.

Walaupun perjalanan yang ditempuh lembah ke bukit naik turun dan jalan berkelok-kelok, tetap terasa menyenangkan karena disuguhi pemandangan cuantik hijau dan segar ini. Kesegaran bertambah dengan kami singgah di pemandian air panas Bagno Vignoni yang sudah ada sejak zaman Romawi. Pemandian utama hanya bisa dipandangi tidak untuk brendam, ditengah-tengah pemandian setiap beberapa bulan dipasangi instalasi seni cantik. 

Sumber air panas ini mengalirkan air sampai ke danau kecil dibawah tebingnya Parco dei Mulini, disinilah pengunjung dapat berendam. Sekedar melepaskan kepenatan kaki, kami duduk diparit kecil sambil meletakkan kaki untuk dibasahi air hangat terasa sejuk di kaki.
Instalasi seni di kolam utama
Perjalanan kami teruskan dengan pemandangan yang tetap super cantik menuju kota Montepulcino. Kota-kota perbukitan abad pertengahan, jalan setapak dari batu dan sempit serta bangunan-bangunan kuno yang tidak diplester dinding sehingga terlihat batu aslinya. 
Hari yang sehat untuk mata, melihat semarak pemandangan hijau.


Cerita berikutnya tentang kota Vinci, kota kelahiran Leonardo da Vinci, super jenius Italian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar