PLBN Skouw |
Indonesia
adalah negara yang sangat luas, salah satu buktinya dari Jakarta ke Jayapura
naik pesawat Garuda butuh waktu 5 jam ditambah perbedaan waktu 2 jam. Berangkat
dari Jakarta hari minggu jam 11 malam sampai di Jayapura hari senin jam 6 pagi,
bandingkan dengan lama perjalanan Jakarta Bangkok yang lebih pendek
3,5 jam. Sambil menguap berkali-kali karena sangat mengantuk, saya tetap
menjalankan tugas kantor pada hari senin. Sampai hari hari Jumat sore tugas
kantor selesai, saatnya diajak panitia jalan-jalan ke PLBN Skouw perbatasan
Jayapura Papua dan Papua New Guinea.
Perjalanan menuju PLBN Skouw
Perjalanan
yang kami tempuh dari Jayapura ke PLBN Skouw sekitas 1,5 jam, melewati jalan
beraspal dua jalur yang mulus. Pemandangan kiri kanan didominasi padang rumput
belukar, yang tumbuh mepet ke sisi jalan dan pemukimam penduduk letaknya
berjauh-jauhan. Beberapa bagian jalan sedang diperbaiki, jalan beraspal
ditinggikan dengan lapisan aspal baru. Mendekati bangun PLBN, bendera merah
putih menghiasi kiri-kanan jalan dan terlihat beberapa pos penjagaan TNI
angkatan Darat.
Pasar
yang hampir selesai dibangun menyambut kami ketika memasuki pintu gerbang PLBN.
Bangunan yang pasar lama terbuat dari kayu-kayu dirobohkan diatasnya dibangun
bangunan beton dengan atap berbentuk seperti atap rumah Honai, rumah khas
papua. Salah satu pengunjung dari rombongan kami harus meninggalkan ktp pada
petugas TNI angkatan Darat yang sedang berjaga-jaga.
Kawasan PLBN Skouw
Jalan
lebar menuju gedung utama dengan dengan kiri kanan taman yang masih baru dan
beberapa gedung lain termasuk klinik kesehatan. Tulisan "Border Post of
The Republic Of Indonesia" berukuran besar berwarna merah putih dengan
latar belakang gedung utama PLBN menjadi spot foto yang sangat menarik bagi
kami. Dua gedung besar imigrasi yang berdiri sejajar terlihat sangat megah.
Gedung ini mengadaptasi rumah Tangfa, rumah khas lokal Papua serta ornamen
Papua menghiasi sisi luar bangunan.
Patung Garuda Pancasila dibelakang gedung PLBN |
Gedung
sebelah kiri dari arah pintu masuk PLBN adalah pintu keluar wilayah Indonesia
menuju Papua New Guinea, sedangkan gedung sebelah kanan untuk pintu masuk
menuju wilayah Indonesia. Kami masuk ke gedung sebelah kiri karena ingin mengunjungi
Papua New Guinea. Suasana dalam gedung terasa sangat lapang dan bersih dan barang
bawaan kami kemudian diperiksa di alat X-Ray. Keluar dari gedung imigrasi,
terlihat patung garuda Pancasila yang menjadi spot foto menarik berikutnya
dengan latar belakang gedung imigrasi.
Kami
berjalan lagi menyusuri jalan menuju pintu gerbang perbatasan bagian Indonesia
yang ditandai gapura besar ditengahnya lambang garuda pancasila dan dihiasi
dengan burung cendrawasih dan ukiran khas papua (spot foto lagi). Seratus meter
dari pintu perbatasan Indonesia, berdiri pintu perbatasan Papua Nugini, zona
100 meter antara kedua pintu gerbang ini disebut zona bebas. Tidak jauh dari
pintu gerbang berdiri tegak menjulang tinggi menara pandang setinggi 40-50
meter. Pengunjung boleh naik ke puncak menara pandang bila sanggup.
Kami
tidak dapat menyebrang ke wilayah Papua Nugini karena pintu perbatasan sudah
ditutup jam 4, kami datangnya sangat mepet dengan jam tersebut. Banyak sekali
yang berkunjung ke PLBN ini, terlihat mobil-mobil dinas kementrian dan
pengunjung berbaju batik (kebanyakan kementrian menerapkan seragam hari jumat
adalah batik). Pada waktunya weekend dan hari pasar, PLBN ini lebih ramai lagi.
PLBN ini telah menjadi ikon pariwisata dan pusat perekonomian baru kota
Jayapura.
Pembangunan PLBN Skouw
Keadaan
ini sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, jalanan menuju PLBN ini
tidak terawat dan tidak beraspal mulus. PLBN ini sangat gersang dengan bangunan
tua dan suram sehingga tidak menarik dikunjungi. Pengunjung ke PLBN Skouw lebih
tertarik berfoto di pintu gerbang Papua New Guinea. Kawasan perbatasan ini tidak
mendapat perhatian dari pemerintah sehingga tetap terbelakangan, kumuh, dan
tertinggal.
Keadaan
berubah sejak awal pemerintahan presiden Jokowi yang menegaskan bahwa pos
lintas batas negara (PLBN) adalah pintu depan bangsa Indonesia, cerminan
kebanggaan, nasionalisme dan harga diri bangsa, oleh karena itu presiden Jokowi
menginginkan kawasan ini maju, terbuka dan terdepan.
Presiden
Jokowi menerbitkan Inpres Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan
Tujuh PLBN Terpadu dan Sarana-prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan.
Revitalisasi didukung juga dengan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
Pembangunan
PLBN Skouw dimulai sejak Desember 2015, selesai November 2016 dan diresmikan
oleh presiden Jokowi Mei 2017. Pembangunan yang telah selesai ini adalah tahap
I meliputi bangunan utama PLBN, seperti bangunan pemeriksa terpadu
keberangkatan dan kedatangan, klinik, car wash, gudang sita, jembatan timbang,
koridor pejalan kaki dan bangunan pendukung lainnya.
Kawasan
pendukung juga sedang dibangun (Tahap II) pasar dan area komersial untuk 400
kios, wisma Indonesia, mess pegawai dan pos pengamanan perbatasan serta
infrastruktur permukiman, terutama air bersih dengan kapasitas 50 liter per
detik.
Selama
hampir sejam foto-foto bernarsis ria di PLBN, tibalah saatnya kembali ke
Jayapura. Didekat pintu gerbang ada lapak pak tua yg menjual twisties cemilan
khas Papua Nugini yang djual seharga 5 ribu rupiah. Perjalanan kembali ke
Jayapura terasa lebih singkat dan benar sekali sangat terasa kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia ketika melihat gedung perbatasan Indonesia jauh lebih bagus
dari negara tetangga Papua New Guiena.
Semoga
pembangunan tahap selanjutnya PLBN berjalan lancar dan semakin memajukan
kawasan PLNB dan ekonomi masyarakat sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar