"Cariin yah nak
info tour ke Israel, mumpung mama masih kuat jalan, ayo kita kesana".
Demikianlah kata-kata mama setiap kali menelpon.
Pada awalnya kami akan ikut tour bersama sepupu mama. Eh ternyata gagal
berangkat karena kurang peminat, padahal cuti sudah disetujui bos. Cari-cari
lagi deh tour yang lain. Hasil tanya-tanya beberapa teman, jatuhlah pilihan
pada HMT Tour dan Travel. Puji Tuhan pas banget ada keberangkatan sesuai dengan
rencana awal.
Enaknya ikut tur, urusan
visa, itinerari dan tiket, semua beres. Pengalaman pertama kali nih ikut tur
keluar negeri, seringnya backpacker.
Melihat senyum bahagia di wajah mama, sangat membahagiakan. Akhirnya kami punya
kesempatan melihat tanah Israel, tanah perjanjian, tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa di Alkitab. Kami berangkat dari terminal 3 bandara Soekarno
Hatta dengan Emirates Air menuju Dubai untuk transit. Sekitar 2 jam transit lanjut
menuju bandara Kairo Mesir.
Panas, gersang, penuh
debu demikian kesan pertama kota Kairo. Saya mengira Kairo mirip-mirip Jakarta
karena Mesir juga negara berkembang dan dikenal memiliki sistem pendidikan yang
baik seperti Al Azhar. Ternyata Kairo jauh lebih kumuh dibanding Jakarta,
terlihat seperti habis perang. Sebagian besar gedung dan apartemen bertingkat
dibiarkan belum selesai dibangun. Tujuannya menghindari pajak, karena bangunan
yang belum selesai tidak perlu membayar pajak walaupun sudah ditempati.
|
Kairo |
|
|
Mobil-mobil yang
berkeliaran di jalan kota Kairo terlihat sangat tua dan usang (mobil
sedan dan kijang jadul). Kemiskinan terlihat sangat nyata. Ironis sekali
padahal Mesir punya sumber penghasilan yang memadai; pariwisata Mesir sangat
menarik dengan peradabannya yang sangat tua, ladang minyak dan gas serta
terusan Suez penghubung Eropa dan Asia. Akan tetapi semua kekayaan itu, hanya
dinikmati pemerintah berkuasa dengan sistem pemerinthan yang sarat korupsi
berat. Revolusi 2011 belum berhasil mengangkat perekonomian Mesir.
Kedatangan kami di Kairo
disambut dengan tarian Tanoura diiringi musik khas Mesir. Para penari
memutar-mutar rok warna-warni berukuran besar. Kami ditemani pemandu lokal
Mesir, Atef dan Roberto (SITO Tour) serta pak Martin (HMT Jakarta). Atef sangat
fasih berbahasa Indonesia, sangat pandai membuat suasana ceria dan santai,
dengan lelucon-lelucon segar dan menyanyi bersama di sepanjang jalan. Wifi
tersedia di dalam bus, komunikasi dan eksis di media sosial lancar jaya.
Tujuan pertama kota tua Kairo. Memasuki kota tua Kairo banyak sekali pedagang
cenderamata menawarkan dagangannya dengan bahasa Indonesia, teriakan sapuluh
tiga menggema (artinya wisatawan Indonesia banyak berkunjung ke lokasi ini dan
doyan belanja).
Kami berjalan menuruni
tangga menyusuri lorong-lorong menuju Sinagoga Ben Ezra (tempat ibadah agama
Yahudi) yang dipercaya merupakan lokasi putri Firaun menemukan bayi Musa.
Fungsinya sekarang sebagai museum tidak lagi untuk tempat ibadah, karena
populasi orang Yahudi di Kairo menurun drastis.
|
Tempat Penemuan Bayi Musa |
Gereja Abu Serga
Selanjutnya menuju
Gereja Abu Serga, Gereja koptik Mesir tertua di kota Kairo. Gereja ini diyakini
menjadi tempat tinggal keluarga kudus (Yesus, Maria dan bayi Yesus) selama
tinggal di Mesir untuk menghindari pengejaran Herodes. Gua tempat tinggal dan
sumur keluarga kudus ini ditemukan di bawah gereja. Menarik sekali bentuk atap
gereja menyerupai bahtera Nuh dengan 12 tiang penyangga (melambangkan 12 murid
Tuhan Yesus).
|
Gereja Abu Serga |
Gereja Gantung
Kembali ke jalan utama,
kami menuju gereja gantung. Gereja ini dinamakan demikian karena dibangun di
atas pintu selatan benteng romawi. Kayu pohon kelapa dan lapisan batu dipasang
diatas reruntuhan benteng tersebut sebagai pondasi. Gereja ini menjadi saksi
mujizat, Matius 17:20 (TB) Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu
kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu
mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini:
Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada
yang mustahil bagimu. Gunung Mukhatam di kota Kairo berpindah sejauh 3 km. (Cerita
lengkapnya dibagian lain blog ini).
|
Gereja Gantung |
Kami masuk kembali ke
bus setelah selesai berkeliling. Pemandu wisata kemudian menawarkan cendramata
pedagang dalam bus, yang harganya murah. Satu paket berisi 20 dompet kecil
seharga 10 dolar (135 ribu). Pemandu wisata hanya mengijinkan kami membeli
cenderamata itu di dalam bus demi alasan keamanan dan efisiensi waktu.
Menjelang sore, kami
menuju gereja alkitab mengapung di tepi sungai Nil. Menurut sejarah pada tahun
1976 ditemukan alkitab mengapung di sungai Nil di depan gereja ini, dan tepat
terbuka pada bagian Yesaya 19:25 ; yang diberkati oleh TUHAN semesta
alam dengan berfirman: "Diberkatilah Mesir, umat-Ku, dan Asyur, buatan
tangan-Ku, dan Israel, milik pusaka-Ku." Alkitab tersebut tersimpan di
dalam gedung gereja.
|
Alkitab mengapung di sungai Nil |
Perjalanan hari ini
diakhiri dengan menikmati indahnya sunset di sungai Nil dari atas kapal cruise
dengan tiupan angin yang sangat kencang, dilanjutkan dengan makan malam di
kapal. Berbagai macam makanan khas Mesir tersaji dan yang utama nasi juga ada.
(Setiap kali makan selalu tersedia nasi karena restoran China/Asia yang paling
sering kami kunjungi).
|
Sunset di Sungai Nil |
Sambil menikmati makan
kami dihibur dengan tari perut khas Mesir. Penari wanita meliuk-liukan perutnya
mengikuti irama. Penampilan berikutnya tarian Sufi Tanoura. Penari
pria dengan rok panjang berwarna warni berputar-putar selama lebih dari satu
jam dan tidak kelihatan pusing padahal yang melihat saja pusing. Penampilannya
menjadi semakin semarak dengan pakaian berlapis-lapis dihiasi lampu warna warni
sehingga ketika berputar tampak sangat mempesona.
|
Penari terus berputar dengan rok berhiaskan lampu |
Kami menginap di hotel
InterContinental di depan lapangan Tahrir. Lapangan ini adalah lokasi unjuk
rasa besar-besaran Mesir pada tahun 2011 untuk menggulingan diktator presiden
Husni Mubarak (seperti unjuk rasa mahasiswa untuk menggulingkan presiden Soeharto).
Bus yang kami tumpangi
bergerak menuju gereja sampah. Sampai di kawasan Zabbaleen kami berpindah ke
bus yang lebih kecil karena jalanannya sempit. Kawasan Zabbaleen ini dihuni
penduduk Kristen Koptik yang bekerja sebagai pemulung sampah. Bau menyengat
tercium sepanjang perjalan, sampah berserakan dimana-mana, dan lalat-lalat
dengan bebas berkeliaran. Rumah-rumah penduduk umumnya bertinggat dua. Lantai
dasar sebagai gudang sampah dan lantai atas sebagai tempat tinggal.
Sekitar 10 menit
perjalanan kami sampai di Gereja Sampah (St.Simon The Tunner). Gereja ini
dibangun pada gua alami bukit Mukhatam. Gereja terbesar di Mesir yang dapat
menampung ribuan jemaat. Lukisan mujizat bukit Mukhatam menghiasi gereja ini,
gunung Mukhatam terangkat, sehingga matahari tampak bersinar di antara gunung
dan tanah.
|
Gereja Sampah |
Piramid Ginza
Perjalan selanjutnya
menuju komplek piramida Giza. Terdapat 3 piramida besar yaitu piramida Khufu
(piramida agung Giza), piramida Khafre, piramida Menkaure dan Spinks (patung
singa berkepala manusia). Piramida Agung Giza merupakan piramida tertua dan
terbesar di antara ketiganya. Piramida ini termasuk 7 keajaiban dunia masa
lampau, tertua dan satu-satunya yang masih utuh (bangunan lainnya sudah
hancur).
Keindahan ketiga
piramida ini, paling asik bila dinikmati di kawasan tertinggi di kompleks ini
yang disebut Panorama. Piramida terlihat berdiri megah di tengah padang
pasir.
|
Piramida dari puncak panorama |
|
Pedagang cenderamata
juga memenuhi piramida, tetap dengan sapuluh tiga (bahasa indonesia) mereka
menawarkan barang dagangannya.
|
Sayang sekali kami tidak bisa mendaki gunung Sinai karena alasan keamanan
(beberapa hari sebelumnya terjadi penembakan di kawasan Sinai). Padahal saya
sudah latihan jalan 5 km hampir setiap hari. Alasan keamanan ini juga membuat
selama berwisata di Mesir kami ditemani body guard.
Jam 6 pagi kami sudah
siap berangkat menuju Sharm El Sheikh. Di tengah perjalanan kami singgah Mara
(Keluaran 15). Ceritanya seperti ini, dalam perjalanan bangsa Israel melarikan
diri dari Mesir menuju tanah Kanaan, mereka berhenti di padang Syur. Tiga hari
berjalan di padang gurun itu mereka tidak menemukan air. Sampai di Mara mereka
tidak dapat meminum air yang ada di sana karena rasanya pahit. Mereka
bersungut-sungut kepada Musa. Musapun berseru pada Tuhan, dan Tuhan menunjukkan
sepotong kayu, yang kemudian dilemparkan Musa ke dalam air, maka berubalah air
pahit menjadi air manis.
Sekarang yang tersisa, sumur kering dikelilingi pohon kurma. Beserta anak-anak
Bedoin yang menjual cendera mata.
|
Sumur Mara |
Memasuki kota pariwisata
Sharm El Sheikh terasa suasana yang sangat berbeda dengan Kairo, jalan, hotel
dan resort tertata rapi. Suasana berlibur sangat terasa. Kami menikmati suasana
pantai, laut merah dan terumbu karang yang indah dengan kapal glass boat.
|
Sharm El Sheikh |
|
|
Melewati padang pasir
gersang yang di tengah panasnya terik matahari, bus kami menuju perbatasan
Israel dan Mesir (Taba border). Kami mendapat hadiah kertas papyrus dari
sepuluh perintah Allah dalam bahasa Ibrani (lumayan buat pajangan).
Hari ini kantor
perbatasan Mesir sangat ramai, tetapi amat disayangkan jalur pemeriksaan
pasport untuk warga yang akan masuk dan keluar dari Mesir dalam satu gedung dan
lewat pintu yang sama. Akibatnya terjadi penumpukan, dan antrian mengular
keluar gedung dalam keadaan udara yang sangat panas.
Keluar dari kantor
perbatasan Mesir kami menuju kantor perbatasan Israel. Kami berbaris diluar
pintu masuk dengan barang bawaan masing-masing. Petugas kemudian memanggil 10
orang untuk masuk ke ruang tunggu. Bentuk ruang tunggunya seperti antrian di
bank tertutup dan berpendingin ruangan sehingga terasa sejuk. Tentara Israel
bersenjata lengkap berjaga-jaga serta dilarang mengambil gambar.
Satu persatu kami dipanggil, dicek pasport, dan barang-barang diperiksa dengan
x-ray. Petugas kemudian memberikan kartu izin masuk Israel. Secara random
petugas akan menyuruh orang-orang tertentu untuk membuka koper dan menunjukkan
isinya. Selanjutnya kami menuju loket pemeriksaan pasport, dan wawancara,
petugas yang saya temui bertanya dalam bahasa Indonesia.
Sebelum keluar dari gedung kami harus menunjukkan pasport dan kartu izin masuk
Israel. Kartu ini tidak boleh hilang karena harus ditunjukkan kembali ke
petugas ketika keluar dari Israel. Pemeriksaan di bagian Israel jauh lebih
ketat dan berlapis-lapis dibanding Mesir, dan terlihat jauh lebih profesional.
Kami segera menuju bus yang baru (Royal tour, tour lokal Israel). Busnya jauh
lebih bagus daripada bus di Mesir. Busnya baru dan masing-masing bangku terdapat charger hp.
Pada perjalanan
Palestina dan Israel ini kami ditemani Safi Said (tour guide Kristen keturunan
Arab Yunani) dan Musa (supir bis dengan perawakan botak dan gaya menyetir
seperti Vin Dissel Fast and Furios).
Suasana sangat berbeda ketika kami memasuki kota wilayah Israel, padang pasir
tampak lebih hijau, bunga-bunga bermekaran, jalan, gedung dan rumah jauh lebih
tertata rapi. Kiri kanan jalan terlihat banyak green house buah-buahan dan
sayur-sayuran serta deretan pohon-pohon kurma. Israel berhasil menjadikan
padang pasir kering dan panas menjadi lahan pertanian. Kami melalui jalan 90
dari Eliath menuju Betlehem (jalan
di Israel hanya diberi nomor tidak diberi nama). Menjelang malam kami sampai di Betlehem. Siap-siap berziarah
di tanah perjanjian Israel.
1. Gunakan sepatu yang
nyaman dan tertutup, karena suasana sangat panas
2. Nasi selalu tersedia,
tapi bagi penggemar makanan pedas, sebaiknya membawa sambal sachet karena
masakan Mesir sangat tidak pedas.
3.
Uang dollar USA bisa
digunakan di Mesir, Israel dan Yordania. Bawalah pecahan kecil 1,2,5,10 dollar
untuk membeli cendera mata dari pedagang-pedagang keliling yang harga barangnya
sangat murah.
4.
Wifi ada di bus dan
hotel, komunikasi dan eksis di media sosial lancar.
Lanjutan perjalanan
Palestina dan Israel di blog berikutnya....